Selasa, 9 Disember 2008

Pungguk dan Bulan

Di suatu malam yang indah
Mengadu sang pungguk pada rembulan
Kesyahduan dan kepiluan
Betapa hidupnya dirasa sia-sia
Kosong tanpa makna

Rembulan bermadah dengan sinarnya
“Tiadalah sia-sia hidupmu wahai sang pungguk
Aku kau rindui tanpa jemu singgah padamu
Aku ingin kau rindui dan kau juga merindu aku
Telah kau laksanakan keinginanmu
Takkan kekosongan memaknakan hidupmu.”

Luahan sang pungguk belum bernoktah
Berhajat terbang bebas
Di bawah sinar rembulan
Tidakkan hilang rindunya

Sang pungguk kesilauan
dek panahan sinar rembulan
Yang hadir tanpa ia menduga
Seakan amarah diundang sudah

Berarak sekumpulan awan yang tipis
Berhasil memadam amarah rembulan
“Aku tetap ingin kau rindui
Jika kau terbang bebas di bawah sinarku
Aku takut akan berkurang rindumu padaku.
Usahlah terkilan aku menghalang
Berkisahlah denganku tanpa jemu
Seperti lakumu sekian lama
Di dunia kita yang sudah lama tercipta
Dunia kau dan aku.”

Menitislah air mata sang pungguk
Bernoktah di mata
Berbuku di jiwa
Kelak sang pungguk memujuk lagi

Pilu hiba meruntun sang pungguk
Kerana dipinta oleh rembulan
Agar terus merinduinya
Walhal pungguk sentiasa merindui
tanpa kurang kerinduannya
walau sedikitpun.

Tiada ulasan: