Isnin, 9 November 2009

Putih

Sejak semalam, suhu jatuh dan pagi ini rintik-rintik yang membeku hadir menghiasi musim luruh.  Rintik-rintik beku yang jatuh mencair laju saat menyapa telapak tangan.  Saat menyapa rumput di bumi.  Mencair laju tak sempat memutih. 

Musim luruh bukan waktunya.  Bukan waktu salji memutih.  Menutupi bumbung-bumbung rumah yang neka jenis dan warnanya.  Menjadi sama dan serupa.  Putih.

Mata kupejam.  Kubayangkan musim salju yang sudah.  Di kawasan perbukitan Chimgan, permata-permata hatiku berbaring mendepang tangan.  Membiar wajah disentuh lembut salji yang lembut dingin.  Gelak tawa berbalas mesra. 

Kutahu mereka rindu.  Rindu pada salji nan memutih.  

Bersabarlah, sayang.  Kita nikmati bersama kelak, salji terakhir kita di sini.  Sebelum musim itu tiba, nikmatilah kemuncak musim luruh ini dahulu.



Selasa, 3 November 2009

Musim


Musim itu tiba lagi
dan akan tetap tiba
selagi pohon itu 
hidup....

Dedaunan layu lalu mengering
berguguran satu persatu
bersatu dan terus menyatu
di dalam rindu.

Syukur alhamdulillah
atas segala kurniaanMu
pada hambaMu ini.

Terima kasih ibu ayah
atas kasih sayang kalian
pada anakmu ini.

Terima kasih Sayang
atas kesudianmu
berkongsi suka duka
bersamaku.

Terima kasih anak-anakku
yang memahami
hatiku saat ini.

Terima kasih teman-teman
atas ingatan dan doa kalian.