Langit membiru murni
udara nyaman mengelus pipi
pepohon kering ranting melulu
bunga-bungaan pun malu-malu
walau dinginnya musim sudah berlalu.
Sedang asyik meneliti memerhati
sulaman cantik berwarna-warni
coraknya indah terselit makna
suzane dihampar di dada jalan.
Dia si penjual suzane
yang serba tahu
tinggi rendah mutu dagangan
datang dekat menghampiri aku
lantas dibuka topi hitamnya
sambil dia membelakangi aku.
Mulanya tiada aku mengerti
kenapa dia bersikap begitu.
Lalu katanya:
"Lihat kepalaku ada
terbentuk kalimah Allah."
Kutanya sejak bila, jawabnya:
"Sejak aku dilahirkan."
Setibanya aku di Tashkent
yang jaraknya beratus kilometer
dari Khiva tempat bersejarah
baru kusedar yang aku
tidak tahupun nama
si penjual suzane itu.
si penjual suzane itu.
Yang ada denganku kini
hanyalah gambar
sebagai kenangan.
sebagai kenangan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan